Kelompok suporter PSS, Slemania menanggapi positif jika nantinya ada format merger klub dalam kompetisi mendatang, baik di Divisi Utama ataupun Indonesian Super League (ISL). Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Slemania, Supri Yoko kepada Harian Jogja, Senin (25/7).
”Jika nantinya keputusan PSSI menghendaki seperti itu, bagi kami ya tidak masalah. Namun kami ingin agar format kompetisi itu jelas, artinya memang telah mengantongi rekomendasi dari AFC maupun FIFA sebagai otoritas yang lebih tinggi dari PSSI,” jelasnya.
”Jika nantinya keputusan PSSI menghendaki seperti itu, bagi kami ya tidak masalah. Namun kami ingin agar format kompetisi itu jelas, artinya memang telah mengantongi rekomendasi dari AFC maupun FIFA sebagai otoritas yang lebih tinggi dari PSSI,” jelasnya.
Namun, lebih lanjut ia menjelaskan bahwa adanya merger klub tersebut harus memperhatikan nuansa dan faktor historis masing-masing klub. Maksudnya tidak mungkin hanya asal menggabungkan klub begitu saja karena nantinya akan menimbulkan polemik baru. Polemik yang muncul terutama terjadi pada aspek suporter.
Untuk merger semua klub yang ada di Jogja, menurut Yoko, jelas tidak mungkin. Meskipun tujuannya adalah memunculkan satu klub yang tangguh dengan animo pendukung yang besar.
Tapi dinilainya jika semua klub dimerger tentu tidak efektif. Kecuali salah satu klub di Liga Primer dimerger dengan salah satu klub ISL yang ada di Jogja. Misalnya PSS dengan Real Mataram, atau PSIM dengan Real Mataram itu lebih efektif.
“Tidak mungkin dimerger semuanya, karena faktor sejarahnya saja sudah berbeda. Misalnya Slemania dengan Brajamusti, itu sudah berbeda jauh. Kecuali bila salah satu klub tersebut dimerger dengan Real Mataram, itu malah sangat potensial,” tegasnya.
Tentunya langkah itu diserahkan kembali kepada Manajemen PSS Sleman. ”Selama ini kami cukup puas terhadap tim kebanggaan kami, meski masih di Divisi Utama. Dan yang pasti kami juga sudah dua tahun ini tanpa APBD.
Kenyataannya PSS tetap eksis meski terseok-seok. Tapi jika permergeran itu mengundang positif mengapa tidak. Asalkan memperhatikan faktor tadi,” pungkasnya.
Untuk merger semua klub yang ada di Jogja, menurut Yoko, jelas tidak mungkin. Meskipun tujuannya adalah memunculkan satu klub yang tangguh dengan animo pendukung yang besar.
Tapi dinilainya jika semua klub dimerger tentu tidak efektif. Kecuali salah satu klub di Liga Primer dimerger dengan salah satu klub ISL yang ada di Jogja. Misalnya PSS dengan Real Mataram, atau PSIM dengan Real Mataram itu lebih efektif.
“Tidak mungkin dimerger semuanya, karena faktor sejarahnya saja sudah berbeda. Misalnya Slemania dengan Brajamusti, itu sudah berbeda jauh. Kecuali bila salah satu klub tersebut dimerger dengan Real Mataram, itu malah sangat potensial,” tegasnya.
Tentunya langkah itu diserahkan kembali kepada Manajemen PSS Sleman. ”Selama ini kami cukup puas terhadap tim kebanggaan kami, meski masih di Divisi Utama. Dan yang pasti kami juga sudah dua tahun ini tanpa APBD.
Kenyataannya PSS tetap eksis meski terseok-seok. Tapi jika permergeran itu mengundang positif mengapa tidak. Asalkan memperhatikan faktor tadi,” pungkasnya.
(harian jogja)