Komite Eksekutif (Exco) PSSI mengabaikan posisi PSS Sleman yang sempat lolos sebagai calon peserta kompetisi kasta tertinggi.
Rapat Exco yang digelar di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 21-22 September kemarin, lebih mengakomodasi Persema Malang, Persibo Bojonegoro, PSM Makassar, PSMS Medan, Persebaya Surabaya dan Bontang FC untuk menambah jumlah peserta kompetisi level teratas dari semula 18 menjadi 24.
Anehnya, posisi Persebaya dan PSMS pada musim lalu bukan berstatus tim promosi, sama seperti PSS. ““Dua tim itu kami pilih karena melihat sejarah. Sponsor pun meminati klub yang berbasis di kota-kota besar seperti Medan, Malang, Jakarta, Makassar dan Surabaya. Untuk Bontang FC karena mereka klub terbaik dari tim yang terdegradasi pada ISL musim lalu,” ungkap,” ucap Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin, dengan entengnya.
PSSI cukup percaya diri dengan keputusan itu. Indikasinya mereka memakai Pasal 37 huruf I Statuta PSSI sdangkan yang menyangkut 18 hak suara Kongres PSSI dalam Statuta Pasal 23, hanya mengatur tentang peserta. Bukan jumlah tim dalam tiap jenjang divisi. Keputusan 24 tim ini juga dinilai tidak melanggar aturan AFC tentang liga profesional.
Hanya, PSSI memastikan jumlah 24 tim itu masih bisa berubah jika ada tim yang tidak memenuhi kualifikasi klub profesional. Terpenting jumlah tim kontestan level teratas minimal 18 dan maksimal 24. Jika nanti ada lebih dari enam klub tidak lolos verifikasi, maka digantikan tim berdasar urutan hasil verifikasi dokumen beberapa waktu lalu.
Menanggapi tidak lolosnya PSS ke kasta tertinggi, General Manager PSS, Djoko Handoyo, mengaku belum mendengar kabar itu sehingga belum bisa bersikap. Setelah mendapat pemberitauan resmi mereka baru akan ancang-ancang menentukan sikap.
Namun, jika memang PSS harus bermain di Pro 2, maka pihaknya bisa menerima. “Kalau memang harus di level dua kami akan menerima tetapi kami belum menerima kabar resmi,” ujarnya saat ditelepon Harian Jogja, Kamis malam. Djoko pun mengkritik sikap PSSI yang dinilai tidak konsisten. Termasuk dalam hal jumlah klub kompetisi mendatang. “Begitulah PSSI, sikapnya sering berubah-ubah,” katanya. (Harian Jogja)
Rapat Exco yang digelar di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 21-22 September kemarin, lebih mengakomodasi Persema Malang, Persibo Bojonegoro, PSM Makassar, PSMS Medan, Persebaya Surabaya dan Bontang FC untuk menambah jumlah peserta kompetisi level teratas dari semula 18 menjadi 24.
Anehnya, posisi Persebaya dan PSMS pada musim lalu bukan berstatus tim promosi, sama seperti PSS. ““Dua tim itu kami pilih karena melihat sejarah. Sponsor pun meminati klub yang berbasis di kota-kota besar seperti Medan, Malang, Jakarta, Makassar dan Surabaya. Untuk Bontang FC karena mereka klub terbaik dari tim yang terdegradasi pada ISL musim lalu,” ungkap,” ucap Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin, dengan entengnya.
PSSI cukup percaya diri dengan keputusan itu. Indikasinya mereka memakai Pasal 37 huruf I Statuta PSSI sdangkan yang menyangkut 18 hak suara Kongres PSSI dalam Statuta Pasal 23, hanya mengatur tentang peserta. Bukan jumlah tim dalam tiap jenjang divisi. Keputusan 24 tim ini juga dinilai tidak melanggar aturan AFC tentang liga profesional.
Hanya, PSSI memastikan jumlah 24 tim itu masih bisa berubah jika ada tim yang tidak memenuhi kualifikasi klub profesional. Terpenting jumlah tim kontestan level teratas minimal 18 dan maksimal 24. Jika nanti ada lebih dari enam klub tidak lolos verifikasi, maka digantikan tim berdasar urutan hasil verifikasi dokumen beberapa waktu lalu.
Menanggapi tidak lolosnya PSS ke kasta tertinggi, General Manager PSS, Djoko Handoyo, mengaku belum mendengar kabar itu sehingga belum bisa bersikap. Setelah mendapat pemberitauan resmi mereka baru akan ancang-ancang menentukan sikap.
Namun, jika memang PSS harus bermain di Pro 2, maka pihaknya bisa menerima. “Kalau memang harus di level dua kami akan menerima tetapi kami belum menerima kabar resmi,” ujarnya saat ditelepon Harian Jogja, Kamis malam. Djoko pun mengkritik sikap PSSI yang dinilai tidak konsisten. Termasuk dalam hal jumlah klub kompetisi mendatang. “Begitulah PSSI, sikapnya sering berubah-ubah,” katanya. (Harian Jogja)